Bab II
TEORI ORGANISASI KLASIK
Konsep-konsep tentang organisasi sebenarnya telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan dikenal sebagai teori klasik (classical theory) atau kadan-kadang disebut juga teori tradisional. Gereja Katolik Roma telah mempergunakan teori klasik hamper dua ribu tahun lamanya. Jadi, konsep-konsep klasik dan penerapannya berkembang di banyak Negara dan dalam waktu yang sudah cukup lama. Seperti yang di kenal dalam kerajaan Mesir, Cina dan kekaisaran Romawi.
Para teoristik klasik menekankan pentingnya “rantai perintah” dan penggunaan disiplin, aturan dan supervise ketat untuk mengubah organisasi-organisasi agar beroprasi lebih efisien. Teori klasik memberikan petunjuk “mekanistik” structural yang kaku, bukan kreativitas.
Teori klasik berkembang dalam tiga aliran : birokrasi, teori administrasi; dan manajemen ilmiah. Semuanya di kembangkan sekitar tahun 1900 – 1950 oleh kelompok-kelompok penulis yang bekerja secara terpisah dan tidak saling berhubungan. Sebagai contoh, Lyndall Urwick, salah satu penulis teori administrasi.
Teori klasik mendefenisikan organisasi sebagai struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan factor-faktor lain yang terjadi bila orang-orang bekerja sama.
TEORI BIROKRASI
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya : The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Ia menulis juga buku-buku lain, antara lain adalah The Theory of Social and Econonmic Organization.
Kata birokrasi mula-mula berasak dari kata legal-rasional. Organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan dan perancangan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut; organisasi itu legal karena wewenangnya berasal dari seperangkat aturan, prosedur dan peranan yang di rumuskan secara jelas.
Weber mengemukakan karakterisitik-karakteristik birokrasi sebagai berikut :
1. Pembagian Kerja yang jelas. Hendaknya sesuai dengan kemampuan teknisnya
2. Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik, dimana ada pemisahan yang jelas antara tingkat-tingkat bawahan dan atasan, agar koordininasi terjamin.
3. Program Rasional dalam pencapaian tujuan organisasi. Seleksi dan promosi bagi personalia organisasi didasarkan atas kecakapan teknis, dan penididikan latihan serta persyaratan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan pelaksanaan tugas.
4. System Prosedur bagi penanganan situasi kerja. Perlu adanya catatan tertulis demi kontinyuitas, keseragaman (uniformitas), dan untuk maksud-makasud transaksi.
5. System Aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan.
6. Hubungan-hubungan antar pribadi yang bersifat “impersonal”. Ada pemisahan antara masalah-masalah pribadi dengan persoalan-persoalan resmi (formal) organisasi.
Jadi birokrasi adalah sebuah model organisasi normative, yang menekankan struktur dalam organisasi.
TEORI ADMINISTRASI
Teori administrasi adalah bagian kedua dari teori organisasi klasik. Seperti teori klasik lainnya, teori administrasi juga berkembang sejak tahun 1900. Teori ini sebagian besar dikembangkan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa, seperti Mooney dan Reiley Amerika.
Henri Fayol
Seja 1841 – 1925, seorang industrialis dari Prancis, pada tahun 1916 telah menulis masalah-masalah tehnik dan administrasi dalam bukunnya yang terkenal General and Industrial Management.
Fayol menyatakan bahwa semua kegiatan-kegiatan industrial dapat dibagi 6 kelompok :
1. Kegiatan-kegiatan teknikal (produksi, manufacturing, adaptasi).
2. Kegiatan-kegiatan komersial (pembelian, penjualan, pertukaran).
3. Kegiatan financial (pencarian suatu penggunaan optimum dari modal).
4. Kegiatan-kegiatan keamanan (perlindungan terhadap kekayaan dan personalia organisasi)
5. Kegiatan-kegiatan akutansi (penentuan persediaan, biaya, penyusunan neraca dan laporan rugi-laba, statisik)
6. Kegiatan-kegiatan manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pemberi perintah, pengkoordinasian dan pengawasan)
Fayol mengemukakan dan membahas 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori administrasi. Prinsip-prinsip dari Fayol tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pembagian kerja (division of work). Dengan adanya pembagian kerja atau spesialisasi akan meningkatkan produktifitas, karena seseorang dapat memusatkan diri pada ke
2. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility). Wewenang adalah hak untuk member perintah sesuai dengan kedudukannya. Dibutuhkan sangsi yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan yang baik maupun yang tidak (kurang baik).
3. Displin (discipline). Ini membutuhkan (1) atasan yang baik di seluruh tingkatan, (2) perjanjian kerja yang sedapat mungkin dan bijaksana, (3) sanksi (hukuman) yang diterapkan dengan bijaksana.
4. Kesatuan perintah (unity of command). Untuk mengurangi kekacauan, kebingungan dan konflik, setiap saat herus menerima perintah-perintah dari dan bertanggung jawab kepada hanya satu atasan.
5. Kesatuan pengarahan (unity of direction). Suatu organisasi efektif akan efektif bila anggota-anggotanya bekerja bersama berdasarkan tujuan-tujuan yang sama.
6. Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi (subordination of individual interest to general interest). Kepentingan organisasi harus di jaga sebagai kepentingan tertinggi.
7. Balas jasa (remuneration of personnel). Pembayaran uoah/ gaji harus bijaksana, adil, tidak eksploatif dan sedapat mungkin memuaskan keda belah pihak (perusahaan dan personalia) dan harus ada penghargaan untuk pekerjaan yang bai. Macam-macam pembayaran bentuk pembayaran balas jasa dapat didasarkan atas waktu, jabatan, tingkat keahlian, bonus, pembagian laba, mauoun aspek-aspek bukan keuangan.
8. Sentralisasi (centralization). Tingkat keseimbangan ini tergantung pada karakter pribadi manajer, nilai-nilai yang dipegang manajer, reliabilitas karyawan (bawahan), dan juga kondisi dunia usaha (bisnis).
9. Rantai saklar (scalar chain). Hubungan antara tugas-tugas disusun atas dasar suatu hirarki dari atas ke bawah.
10. Aturan (order). Konsepsi Fayol menyatakan bahwa harus ada suatu tempat untuk setiap orang dan setiap orang harus menduduki tempat yang memang seharusnya menjadi tempatnya.
11. Keadilan (equity). Keadilan juga berarti adanya kesamaan perlakuan dalam organisasi.
12. Kelanggengan personalia (stability of tenure of personel). Oleh karena itu penting adanya kelangsungan, keamanan dan kepastian kerja.
13. Inisiatif (initiative). Dalam setipa tugas harus ada kemungkinan untuk menunjukan inisiatif sendiri dalam menyesaikan dan mengerjakan rencana di setiap tingat.
14. Semangat korps (esprit de corps). “persatuan adalah kekuatan”. Pelaksanaan operasi organisasi yang baik perlu adanya kebanggaan, kesetian, dan rasa memiliki dari para anggotanya.
URWICK DAN GULICK : MOONEY DAN REILLY
Selama tahun 1920 an dan 1930 an, sejumlah teoritisi lain terutama yang terlibat dalam praktek-praktek manajemen dan konsultasi—mengemukakan pandangan-pandangan mereka atas dasar konsep yang dinyatakan Fayol.
Dua diantaranya, Luther Gullick dan Lyndall Urwick, yang tercermin didalam dua makalahnya A Technical Problem dan The Function of Administration, yang kemudian dimuat didalam buku Pappers on the Science of Administration.
Dalam makalah-makalah mereka, Gulick dan Urwick memerkenalkan prinsip-prinsip yag berhubungan dengan pembagian kerja, koordinasi, penciptaan departemen-departemen yang disusun atas dasar “tujuan, proses, personalia dan tempat” dan penggunaan staf.
Di Amerika Serikat, James D. Mooney dan Allen Reilly dalam tahun 1931 menulis dan menerbitkan buku mereka, Onward Industry, hanya kalau Weber melihat pembagian kerja sebagai factor utama dalam organisasi, Mooney dan Reilly menyebut koordinasi sebagai factor terpenting dalam perencanaan organisasi maupun bangun teori yang mereka kemukakan. Mereka menekankan tiga prinsip organisasi yang mereka teliti dan temukan telah dijalankan, antara lain :
1. Prinsip koordinasi. Organisasi-organisasi berjalan bila orang-orang sebagai anggota mengkombinasikan usaha-usaha mereka untuk sutau tujuan tertentu. Asas dasar prinsip ini, usaha-usaha tersebut harus dikoordinasikan agar tujuan bersama tecapai.
2. Prinsip scalar. Prinsip scalar, kadan-kadang disebut prinsip hirarkis, berarti bahwa pembagian tugas atau kerja dilakukan atas dasar derajat wewenang dan hubungan tanggung jawab.
3. Prinsip fungsional. Istilah fungsionalisme dalam hal ini berarti pembedaan diantara macam-macam tugas.
MANAJEMEN ILMIAH
Bagian ketiga dari teori klasik adalah manajemen ilmiah (Sciencetific Management). Manajemen ilmiah, yang dikembangkan mulai sekitar tahun 1900 oleh Frederick Winslow Taylor, telah dipergunakan cukup luas.
F. W. Taylor menuangkan gagasan-gagasannya dalam tiga juduk makalah, yaitu shop management. The Pinciples of Scientific Management, dan Testimony Before the Special House Committee, yang ditukisnya tahun 1900-an. Ketiga maklah tersebut dirangkum didalam buku yang berjudul Scientific Management. Sebagai hasilnya dia mengemukakan empat kaidah dasar manejemen yang harus dilaksanakan dalam organisasi perusahaan, yaitu :
1. Menggantikan metoad-metoda kerja dalam praktek dengan berbagai metoda yang dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan tentang kerja yang ilmiah dan benar.
2. Mengadakan seleksi, latihan-latihan dan pengembangan para karayawan secara ilmiah, agar memungkinkan para karayawan bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan spesialisasinya.
3. Pengembangan ilmu tentang kerja serta seleksi, latihan dan perkembangan secara ilmiah harus diintergrasikan. Sehingga para karyawan memperoleh kesempatan untuk mencapai tingka tupah yang tinggi, sementara manajemen dapat menekan biaya produksi menjadi rendah. Disamping itu perlu adanya pembagian kerja dan tanggung jawab yang seimbang diantara semua karyawan maupun manejer. Hal ini perlu menghindarkan adanya tugas yang seluruhnya dibebankan pada para karyawan.
4. Untuk mencapai manfaat manejmen ilmiah, perlu dikembangkan semangat dan mental para karyawan melalui pendekatan antara karyawan dan manajer sebagai upaya menimbulkan suasana kerja sama yang baik.
Secara ringkas, Taylor telah mengidintifikasikankarakterisitik-karaktersitik manajemen ilmiah :
Science, not rule of thumb
Harmony, not discord
Cooperation, not individualism.
Maximum output, in place of rentricted output
The development of each mam to his gratest efficiency and prosperity
TEORI KLASIK : ANATOMI ORGANISASI FORMAL
Teori organisasi klasik hampir sepenhnya menguraikan anatomi organisasi formal. Sampai sekarang, hampir setiap buku manajemen selalu diawali dengan penjelasan tentang para penulis tersebut dan lain-lainnya, yang menjadi pelopor perkembangan teori organisasi klasik dapatlah diuraikan berikut ini.
Definisi Organisasi Formal
Empat unsure pokok organisasi formal yang selalu muncuk dalam leteratur-literatur manejemen adalah :
1. System kegiatan yang terkoordinisi, organisasi, dalam kenyataannya, selalu tersiri dari bagian-bagian dan hubungan-hubungan. Bagian-bagian organisasi merupakan kegiatan-kegiatan atau fungsi-fungsi yang dilaksanakan dan saling berhubungan.
2. Kelompok orang. Dibutuhkan adanya sekelompok orang yang melakasanakan kegiatan-kegiatan organisasi.
3. Kerja sama unut mencapai tujuan. Organisasi tersusun atas dasar hubungan atasan dan bawahan. Sehingga kekuasaan adalah suatu unsur organisasi formal yang harus ada. Kepemimpinan mencerminkan kualitas orang yang tepat dalam usaha kerja sama untuk mecapai tujuan.
Organisasi formal adalah system kegiatanyang terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mecapai tujuan di bawah kekuasaan dan kepemimpinan.
Dasar-dasar organisasi menurut teori klasik.
Menurut pengikut aliran teori organisasi klasik, adanya suatu organisasi atau koordinasi bergantung pada empat kondisi pokok yang harus ada sebelum “kesatuan kegiatan” (unity of action) itu mungkin terjadi. Kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kekuasaan – bisa demokratis atau otokratis – hal ini bisa disebut sebagai sumber pengorganisasian tertinggi. Sebagai contoh, dewan direktur dalam perusahaan, para staf komandan dalam militer, para anggota senat di universitas dan sebagainya.
2. Salin melayani – yang merupakan legimitasi sosial pada organisasi. Jadi organisasi timbul karena masyarakat merasakan manfaat positif dari adanya organisasi tersebut.
3. Doktrin – dalam arti yang sederhana, hal ini merupakan rumusan tujuan organisasi. Oleh karena itu, kebijaksanaan, prosedur, peranan.
4. Disiplin – diartikan sebagai perilaku yang ditentukan oleh pemerintah atau pengendalian diri. Displin dapat diturunkan dari hal yang negative, yaiut paksaan, atau positif, yaitu dari kesadaran tanggung jawab individu terhadap tujuan organisasi.
Tiang dasar teori organisasi formal
1. Pembagian kerja : tanpa ragu-ragu parah ahli teori organisasi klasik menyebut pembagian kerja sebagai tiang dasar yang paling penting diantara empat tiang dasar teori organisasi klasik. Pembagian kerja (spesialisasi) seperti disebut bagianbagian sebelumnya, merupakan alasan utama untuk koordinasi. Pertimbangan adanya pembagian kerja adalah bahwa dengan mengembangakan pekerjaan-pekerjaan teknis organisasi akan dicapai perbaikan hasil kerja, gambar 2.1 berikut ini menggambarkan pertumbuhan spesialisasi manajerial dalam suatu organisasi perusahaan.
Pertumbuhan organiasasi yang ditunjukan diatas adalah suatu cara klasik tentang bagaimana suatu perusahaan dapat mengembangkan spesialisasi fungsi-fungsinya. Pendekatan untuk pembagian kerja dalam teori organisasi klasik ini sering juga disebut departementasi, atau evolusi dan devolusi fungsional.
2. Proses scalar dan fungsional : proses ini adalah proses pertumbuhan vertical dan horizontal organisasi. Proses scalar adalah mengenai perkembangan rantai perintah yang menghasilkan pertambahan tingkat-tingkat pada struktur organisasi. Tahap I “A” dianggap mempunyai tanggung
“A” mendelagasikan tanggung jawab pekerjaan 1 dan 2 kepada “B”, dan tanggung jawab pekerjaan 3, 4, dan 5 kepada “C”. kemudian tahap III “C” mendelegasikan tanggung jawab pekerjaan 5 kepada “D”. kotak hitam menunjukkan wewenang dan tanggung jawab terakhir yang tidak dapat didelegasikan. Jadi, pada tahap II dan III “A” tidak mempunyai lagi tanggung jawab terhadap pekerjaan-pekerjaan khusus, tetapi dia masih harus mempertanggungjawabkan semuanya kepada kekuasaan yang lebih tinggi yang memberikan tugas tersebut.
Proses fungsional adalah cara organisasi untuk berkembang horizontal. Dinamika proses fungsional adalah pembagian kerja.
Pada tahap I. “A” adalah pengawas “B” yang bertanggung kawab terhadap pekerjaan 1, 2, 3 dan 4. Dibawah kekuasaan “A” pada tahap II, tiga pekerjaan “B” dibagi kedalam fungsi yang terpisah kepada “C”, “D” dan “E” dengan tingkat yang sama.
3. Struktur : struktur adalah hubungan antara berbagai kegiatan berbeda yang dilaksanakan didalam suatu organisasi. Tujuan struktur ialah menyediakan/ memberi wadah pada fungsi-fungsi organisasi, agar tujuan organisasi tercapai dengan efektif.
Teori organisasi klasik menyatakan bahwa organisasi mempunyai dua struktur dasar : lini dan staf. Organisasi lini adalah berkaitan dengan rantai perintah utama yang dikembangakan langsung dari fungsi-fungsi organisasi – produksi keuangan – dan distribusi barang atau jasa (fungsi operasional). Organisasi staf berlaku sebagai penasihat dan berfunsi sebagai penyedia fasilitas untuk lini.
4. Rentang kendali (span of control). Konsep rentang kendali berhubungan dengan berapa banyak seorang atasan dapat “mengendalikan” bawahan secara efektif
Karena tidaklah mungkin seorang manejer melaksanakan banyak funsi dan mencurahkan dirinya secara sama bagi tiap-tiap fungsi. Maka perlu pembagian kerja dan rentang kendali yang efektif.
BAB III
TEORI ORGANISASI NEOKLASIK
Seperti terkandung dalam namanya, teori klasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Teori neoklasik merubah, menambah dan dalam banyak hal memperluas teori klasik. Anggapan dasar teori neoklasik adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan sosial karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya. Atas dasar anggapan ini teori neoklasik mendefenisikan suatu irganisasi sebagai kelompok orang dengan tujuan bersama.
PERKEMBANGAN TEORI NEOKLASIK
Sejak diperkenalkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia. Dengan ilmu pengetahuan tersebut penganut teori hubungan manusiawai menunjukkan bagaimana tiang dasar konsepsi klasik sangat ditentukan oleh kegiatan manusia. Perkembangan teori neoklasik dimulai deangan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di Hawthorne, serta tulisan Hugo Munsterberg. Pendekatan neoklasik ditemukan juga didalam buku-buku tentang hubungan manusiawi seperti Gardner dan Moore. Human Relation Industry dan sebgainya.
Hugo Munsterberg
Hugo Munsterberg menulis bukunya yang paling menonjol, Pyschology and Industrial Effeciency, pada tahun 1913. Dia mengembangakan metoda-metoda tes psikologis ilmiah untuk mencari karakterisiti phisik dan mental individu yang cocok dengan kebutuhan suatu jabatan, Munsterberg mengingatkan adanya pengaruh factor-faktor sosial dan budaya terhadap organisasi
Percobaan-percobaan Hawthorne
Walaupun teori neoklasik muncul sebelumnya, tetapi percobaan-percobaan Hawthorne ini niscaya merupakan kristalisasi teori neoklasik. Percobaan-percobaan dan hasilnya dilaporkan secara terperinci oleh F.J. Roethlisberger, asisten riset Elton Mayo dan William J. Dickson dan Western Electric.
Peranan Elton Mayo yang memperkenalkan pemikiran pentingnya factor manusia dalam organisasi tersebut sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan teori neoklasik. Ketertarikannya pada factor manusia dalam organisasi tercermin dalam kedua bukunya, yaitu The Human Problems of Industrial Civilization dan The Social Problems of an Industrial Civilization. Percobaan ini terus dilakukan untuk menemukan factor “misterius” yang mempengaruhi kenaikan produktivitas kerja. Penemuan Hawthorne pertama ini menunjukkan bahwa ada variabel-variabel lain di samping kondisi-kondisi kerja phisik yang mungkin mempengaruhi perilaku karyawan dan tingkat keluaran.
Percobaan kedua dimulai pada bulan april tahun 1927. Percobaan ini melibatkan kelompok kecil pekerja, yang terdiri dari enam orang gadis pekerja pada perakitan listrik. Para pelaksana riset memisahkan keenam gadis itu dari para pekerja lainnya, mereka dipekerjakan disuatu ruangan khusus (Ruangan Uji Perakit Berantai). Setelah periode beberapa tahun percobaan dilanjutkan dengan perubahan-perubahan tersebut, ternyata produktivitas tetap naik. Noral pekerja yang tinggi akan menaikkan produktivitas, kemudian timbul pertanyaan bagaimana cara untuk meningkatkan moral pekerja. Moral meningkat atau tidak tergantung seberapa besar perhatian yang bersifat pribadi, individual dan simpati diberikan kepada karyawan plus struktur sosial kelompok kerja. Bahkan factor-faktor sederhana, seperti siapa yang duduk dekat seseorang karyawan, merupakan hal penting dalam organisasi.
Bulan November tahun 1931 percobaan terakhir dimulai. Tujuan obsevasi ini adalah untuk lebih memahami bagaimana norma-norma yang mengendalikan hasil kerja setiap organisasi dikembangkan oleh kelompok sosial para pekerja atau organisasi informal.
Studi Hawthrone memperkenalkan gagasan bahwa organisasi adalah suatu system terbuka dimana segmen-segmen teknis dan manusiawi saling berkaitan erat. Akhirnya percobaan-percobaan Hawthrone menunjukkan bagaimana kegiatan kelompok-kelompok kerja kohesif sangat berpengaruh pada operasi organisasi.
KRITIK DAN “USUL” PERUBAHAN NEOKLASIK PADA TIAN DASAR TEORI ORGANISASI FORMAL.
Kritik dan perubahan-perubahan yang “diusulkan” oleh teori organisasi klasik dapat diuraikan berikut ini.
Pembagian Kerja (Divison of Labor)
Sejak pembagian kerja dilakukan, timbul masalah yang disebut anomie. Anomie adalah situasi dimana pedoman kerja tidak ada (“lack of rule”) dan disiplin diri menjadi berkurang (“lack of self-discipline). Disamping itu orang menjadi bingung, takut bertanya dan merasa dirinya diabaikan (“alones among many”). Ini mengakibatkan timbulnya gejala depersonalisasi dan dysfunction, sehingga orang tidak lagi kooperatif.
Oleh karena itu teori neoklasik mengemukan perlunya :
1. Pastisipasi atau melibatkan setiap orang dalam proses pengambilan keputusan, agar merasa “terlibat” dengan pekerjaannya dan berkepentingan dalam perusahaan.
2. Perluasan kerja (job enlargement) sebagai kebalikan dari pola spesialisasi, agar orang menjadi tidak terlalu spesialis tetapi dapat memperluas kemampuan dan keahlian dalam bidang lain.
3. Management bottom-up yang member kesempatan kepada “para junior” untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manejemen puncak. Teknik ini memperkenankan para junior untuk melihat perusahaan dari pandangan manajer puncak dan bertindak bukan sebagai spesialis satu kegiatan.
Proses-proses Skalar dan Fungsional
Asumsi yang dipergunakan teori klasik mengenai proses pendelegasian adalah bahwa kapasitas (kemampuan) individu sama dengan wewenang (memerintah dan menugaskan) fungsinya.
Kasus 1. Kapasitas lebih besar daripada wewenang. Pemecahan yang jelas adalah mempromosikan atau memindahkan pada fungsi yang lebih sepadan dengan kemampuannya.
Kasus 2. Kapasitas lebih kecil daripada wewenang. Ada beberapa alternative dalam memecahkan kasus ini, termasuk demosi atau pemecatan dalam keadaan ekstrim. Dapat juga dilakukan meningkatkan kapasitas individu melalui pendidikan dan pelatihan (training).
Parah ahli klasik memperkenalkan hal ini sebagai program rasional administrasi personalia. Menurut neoklasik proses skalar dan fungsional ini secara teoritisadalah benar, tetapi cenderung memburuk didalam prakteknya.
Struktur Organisasi
Teori neoklasik menyatakan bahwa struktur merupakan penyebab terjadinya pergeseran-pergeseran (frictions), ini terjadi terutama antara orang-orang staf. Menurut Melville Dalton penyebabnya adalah :
1. Perbedaan tugas antara orang lini dan staf; orang lini lebih teknis dan generalis, sedang staf spesialis.
2. Perbedaan umur dan pendidikan; orang lini biasanya sudah cukup umur dan berpengalaman, orang staf masih lebih mudah tetapi lebih berpendidikan.
3. Perbedaan sikap; dimana staf harus membuktikan eksistensi mereka, dan staf merasa selalu dibawah perintah orang lini; di lain pihak orang lini selalu curiga bahwa orang staf ingin memperluas kekuasaannya.
Untuk menghapus konflik structural tersebut, neoklasik memberikan usulan rumusan yang akan membuat struktur menjadi harmonis, yaitu partisipasi, manajemen bottom-up, panitia bersama, penghargaan akan martabat manusia, dewan direktur junior diberi kesempatan dan komunikasi yang kebih baik.
Rentang Kendali
Neoklasik menayatakan bahwa rentang kendali atau rasio atasan-bawahan adalah tidak selalu 1 : 8 dan sebagainya. Neoklasik menjawab pertanyaan mana yang lebih baik antara struktur tall dan flat, dengan jawaban bahwa hal itu adalah situasional. Karena perbedaan individu dan organisasi, kadang-kadang yang satu lebih baik daripada yang lain, maka rentang kendali tidak dapat ditetapkan secara kaku.
PANDANGAN NEOKLASIK TERHADAP ORGANISASI INFORMAL
Titik tekanan teori neoklasik adalah pada dua elemen pokok dalam organisasi, yaitu perilaku individu dan kelompok pekerja. Organisasi terdiri dari orang-orang yang bergabung menjadi suatu kelompok dalam kerjanya. Organisasi informal berarti kelompok-kelompok alamiah yang berbentuk sebagai hasil interaksi diantara para karyawan dalam situasi kerja mereka.
Factor-faktor yang dapat menentukan munculnya organisasi informal, antara lain : (1) Lokasi : untuk membentuk suatu kelompok, orang harus mempunyai kontak tatap muka (face-to-face) yang ajeg. (2) Jenis pekerjaan : ini merupakan factor kunci yang menentukan munculnya dan komposisi organisasi informal. (3) Minat (interest) : walaupun orang-orang mungkin ada pada lokasi yang sama, melaksanakan kerja yang sejenis, perbedaan minat diantara mereka menjelaskan mengapa muncul beberapa organisasi informal yang kecil, di samping suatu yang besar. (4) Masalah-masalah khusus : dalam hal ini, orang-orang tidak mempunyai minat, pekerjaan dan lokasi yang sama bergabung bersama untuk kepentingan khusus.
BAB IV
TEORI ORGANISASI MODERN
Teori organisasi modern melihat semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan. Teori modern mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu system tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, tetapi organisasi adalah suatu system terbuka yang harus – bila ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya – menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungannya.
DASAR PEMIKIRAN TEORI ORGANISASI MODERN
Teori modern dalam banyak hal yang mendasar berbeda dengan teori klasik. Pertama, teori klasik memusatkan pandangannya oada analisa dan deskripsi orgnaisasi. Teori modern , dengan tekanan pada perpaduan (synthesis) dan perancangan (design), menyediakan pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh.
Kedua, ilmu pengetahuan klasik telah membicarakan konsep koordinasi, scalar dan vertical. Teori neoklasik, sebenarnya bukan teori, mengubah teori kasik denga menekankan pentingnya aspek perilaku masnuisa dalam organisasi. Disini dikemukakan pentingnya perencanaan, komunikasi, motivasi, dan integrasi demi kesuksesannya operasi tujuan-tujuan organisasi.
Teori modern menyebtukan bahwa kerja suatu organisasi adalah sangat kompleks, dinamis, multilevel, multidimensional, multivariable, dan probabilistic. Sebagai suatu system, organisasi terdiri atas tiga unsur : (1) unsure struktur yang bersifat makro, (2) unsur proses yang juga bersifat makro, (3) unsur perilaku anggota organisasi yang bersifat makro.
Dengan analisa system, teori organisasi modern mencoba untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang saling berhubungan, di mana hal ini kurang ditekankan pada dua teori organisasi lainnya. Pertanyaan-pertanyaan kunci tersebut diantaranya : (1) apa yang merupakan bagian-bagian strategis system? (2) apa yang menyebabkan mereka saling bergantung? (3) proses-proses inti apa dalam system yang menghubungkan bagian-bagian secara bersama, dan memberikan penyesuaian satu dengan yang lain? (4) tujuan apa yang hendak dicapai melalui system?
Teori System Umum
Tujuan teori system umum adalah penciptaan suatu ilmu pengetahuan organisasional universal dengan menggunakan elemen-elemen dan proses-proses umum seluruh system sebagai titik awal.
Ada beberapa tingkatan system yang harus diintergrasikan. Kenneth Boulding mengemukakan klasifikasi tingkat-tingkat system sebagai berikut :
1. Struktur static – yang merupakan tingkat rangka dasar, anatomi suatu system.
2. System dinamil sederhana – tingkat mesin jam, dengan gerak-gerak tertentu.
3. System sibernetik – tingkat thermostat, system bekerja untuk menjaga keseimbangan melalui proses pengendalian diri.
4. System terbuka – tingkat pemeliharaan diri yang berkembang dan meliputi organism yang hidup.
5. System genetika sosial – tingkat mobilitas yang ditunjukkan dengan adanya perilaku yang diarahkan pada tujuan.
6. System hewani – tingkat mobilitas yang ditunjukkan dengan adanya perilaku yang diarahkan pada tujuan.
7. System manusiawi – tingkat dengan symbol komunikasi dan interpretasi.
8. System sosial – tingkat organisasi manusia.
9. System transedental – tingkat terakhir dan absolute, merupakan struktur yang sistematik tetapi tidak dapat diketahui hakekatnya.
Teori system umum membicarakan setiap tingkatan system, sedangkan teori organisasi modern memusatkan diri terutama pada tingkat organisasi manusia. Secara ringkas, kedua teori ini, teori organisasi modern dan teori system umum, mempelajari :
1. Bagian-bagian (individu-individu) dalam keseluruhan dan pergerakan individu di dalam dan di luar system
2. Interaksi individu-individu dengan lingkungan yang terjadi dalam system.
3. Interaksi di antara individu-individu dalam system
4. Masalah-masalah pertumbuhan dan stabilitas system.
Teori Organisasi Dalam Suatu Kerangka Sistem
Barangkali yang paling berguna dalam mempelajari system organisasi adalah usaha untuk memandang organisasi sabagai suatu keseluruhan.
Teori organisasi modern adalah multidipliner yang konsep-konsep dan teknik-tekniknya dikembangkan dari banyak bidang studi., seperti sosiologi, teori administrasi, ekonomi, psikologi, ekologi, eperations research, dan banyak bidang-bidang lainnya.
Bagian dasar pertama system adalah individu. Unsur utama kepribadian individu adalah motif dan sikap yang dipengaruhi oleh harapannya untuk memperoleh kepuasan melalui partisipasinya dalam organisasi.
PENDEKATAN-PENDEKATAN MANAJEMEN
Perkembangan teori organisasi yang telah kita bahas dimuka, memberikan dasar munculnya berbagai pendekatan manajemen yang berbeda-beda. Pemahaman akan teori-teori organisasi tersebut memungkinkan kita dapat secara lebih baik mempelajari bidang manajemen dan perilaku bidang manajemen dan perilaku organisasional.pendekatan-pendekatan manajemen itu adalah, pendekatan-pendekatan proses, perilaku, kuantitatif, system dan cintengency (situasional).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar